Sejumlah wilayah Jabodetabek kembali dilanda banjir akibat curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir. Meskipun merupakan sebuah bencana, fenomena ini tidak jarang dimanfaatkan oleh anak-anak untuk bermain air.
Aktivitas ini jelas memiliki risiko dan berbagai dampak bahaya kesehatan yang serius bagi. Air banjir yang keruh menandakan bahwa air tersebut telah terkontaminasi oleh berbagai jenis kotoran, seperti adanya campuran lumpur, sampah, hingga bakteri dan virus yang tak terlihat secara kasat mata.
Oleh sebab itu, air banjir tidak aman untuk bermain, terutama bagi anak-anak. Berbagai dampak kesehatan dapat muncul akibat paparan air banjir.
Berikut risiko penyakit akibat bermain air banjir:
- Leptospirosis: Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira, yang sering ditemukan dalam darah atau urine hewan, terutama tikus. Bakteri ini dapat tercampur dengan air banjir yang berasal dari kali atau tempat pembuangan sampah, yang kemudian masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka atau lendir. Gejala leptospirosis meliputi demam tinggi, nyeri otot terutama di betis, sakit kepala, mual, sakit tenggorokan, dan mata merah. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius yang mengancam nyawa, seperti gagal hati atau meningitis.
- Diare dan gangguan pencernaan: Air banjir yang tercemar kuman dan bakteri dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada anak-anak yang bermain di dalamnya. Diare adalah salah satu gejala umum yang muncul akibat infeksi bakteri, virus, atau parasit yang terdapat di air banjir. Kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi yang berbahaya jika tak segera ditangani dengan tepat.
- Infeksi kulit: Kontak langsung dengan air banjir yang kotor dapat menyebabkan berbagai infeksi kulit, seperti kutu air, gatal-gatal, ruam, dan infeksi jamur. Kulit yang terkena air tercemar, rentan terhadap iritasi dan infeksi, terutama jika terdapat luka atau lecet.
- Demam Tifoid (Tifus): Bakteri Salmonella typhi dapat menyebar melalui air banjir, sehingga berpotensi menyebabkan demam tifoid atau tifus pada anak-anak yang bermain di dalamnya. Bahkan risiko berbahaya akan terjadi apabila anak menelan air banjir. Gejala tifus secara umum mengalami demam tinggi yang berkepanjangan, sakit kepala, lemas, dan gangguan pencernaan.
- Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria: Genangan air banjir menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti dan Anopheles, yang merupakan faktor penyebab DBD dan malaria. Anak-anak yang bermain di area banjir berisiko lebih tinggi terkena gigitan nyamuk tersebut. Gejala DBD yang mungkin terjadi seperti demam mencapai 40 derajat Celcius, nyeri kepala hingga terasa ke bola mata, ruam kulit, dan mual.
- Hipotermia: Bermain terlalu lama di air banjir yang dingin dapat menyebabkan penurunan suhu tubuh secara drastis di bawah 35 derajat Celcius atau hipotermia. Kondisi ini berbahaya dan dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.
Selain terjadi berbagai penyakit tersebut, bermain air banjir juga berisiko terluka akibat tusukan benda tajam yang berada di dalam genangan, seperti pecahan kaca atau logam tajam. Bahkan bila terjadi luka, ada kemungkinan orang yang terkena bisa mengalami infeksi serius seperti tetanus.