Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis anak Dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med Sc, Sp.A mengemukakan Respiratory Syncytial Virus (RSV) bisa menjadi penyebab penyakit bronkiolitis hingga mengganggu tumbuh kembang pada anak.
Dalam diskusi kesehatan di Jakarta, dokter Ian mengatakan pada penyakit bronkiolitis akibat dari virus RSV, di mana paru-parunya menjadi menyempit dan saluran napas semuanya menjadi kontraksi hingga berisiko mengalami asma.
“Kalau pada anak kecil, itu juga bisa menyebabkan asma, karena bronchiolitis ini, kalau dia pun sembuh bisa menyebabkan perubahan struktur pada saluran pernafasannya terutama di paru-parunya, sehingga dia bisa risiko mengalami asma di kemudian hari,” kata dia.
Dokter Ian menyampaikan bahwa RSV merupakan salah satu yang menyebabkan gejala mengalami lower respiratory tract infection (LRTI) atau infeksi saluran penapasan bawah bisa menyebabkan sampai sesak napas, paru-parunya bermasalah, kadar saturasi oksigennya rendah, dan lain sebagainya.
					
					
					
Menurut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) itu, virus RSV bisa menyerang seluruh kelompok usia, namun yang berbahaya salah satunya jika dialami bayi yang prematur dan di bawah usia 2 tahun.
Pada anak yang termasuk kelompok dengan faktor risiko lebih rentan mengalami infeksi RSV yang berat contohnya pada mereka yang lahir prematur atau berat bayinya lahir rendah di bawah 2.500 gram.
Kemudian, mereka yang punya penyakit jantung bawaan atau bocor, penyakit paru-paru kronis, atau beberapa kondisi medis lainnya seperti punya down syndrome karena daya tahan tubuh rendah.
“Mereka yang gizinya buruk, gangguan otot syaraf, jadi kalau mereka punya sekelompok faktor risiko ini. Hati-hati banget anak di bawah 2 tahun kan bisa mengalami bronkitis tadi, tapi terutama lagi di bawah 6 bulan, angka kejadiannya sangat tinggi untuk mengalami infeksi paru berat akibat RSV,” tutur dia.
					
					
					
Dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan pada anak kecil atau bayi dengan infeksi RSV berat bisa mengganggu tumbuh kembangnya.
Menurut dia, anak mengalami penurunan berat badan bahkan ada beberapa kasus RSV membuat kadar oksigennya rendah sekali.
"Anaknya kejang-kejang karena kekurangan oksigen. Kalau yang seperti ini bisa berdampak jangka panjang yaitu tadi kalau anaknya sampai kejang, otaknya terjadi gangguan atau kerusakan, otomatis gangguan tumbuh kembang," ujar dia.
Tak hanya itu, efek jangka panjang dari infeksi RSV anak-anak yang pernah sembuh dari bronkiolitis akibat RSV itu bisa menyebabkan kerusakan fungsi parunya berkurang dan mengalami risiko 12 kali lipat lebih mudah terkena asma di kemudian harinya.
"Jadi bukan cuma infeksi sesaat aja, tapi jangka panjangnya juga punya dampak burden of disease,” katanya.
					
					
					
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa tidak semua pasien yang terkena RSV dengan infeksi berat, namun juga banyak mengalami seperti batuk pilek biasa.
Ian juga mengingatkan orang tua agar waspada terutama pada anak yang pernah terkena RSV bisa saja mengalami asma.
“Gejalanya bisa berupa sering terbatuk di malam hari sering sesak napas, atau mudah sesak saat berlari. Nanti kalau udah jadi asma beneran, kita obatin asmanya,” imbuh dia.
					
					
					
