Jakarta (ANTARA) - Pakar klimatologi dan perubahan iklim Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof Dr Erma Yulihastin menegaskan pentingnya menekan tingkat kerentanan di tiga sektor untuk menghadapi potensi bencana yang disebabkan oleh cuaca ekstrem.
Dalam diskusi daring diadakan oleh BRIN, Prof Dr Erma Yulihastin mengingatkan bahwa bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor di Sumatera terjadi tidak hanya karena cuaca ekstrem, tetapi juga daya dukung lingkungan yang tidak memadai akibat kerusakan ekosistem dan langkah mitigasi yang belum maksimal.
"Fenomena alamnya itu karena cuaca ekstrem, benar. Tetapi kontribusinya kan hanya sedikit. Kalau daya dukung lingkungannya kuat mestinya kan dampaknya tidak separah itu. Berarti memang daya dukung lingkungan itu penting banget dan persentasenya cukup besar dalam hal ini untuk mereduksi dampak," kata Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN itu.
Oleh karena itu, dia juga mendorong langkah mitigasi yang komprehensif di tengah potensi peningkatan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah, termasuk di Sumatera yang rentan.
Perencanaan dan implementasi mitigasi yang mempertimbangkan masyarakat, infrastruktur, dan lingkungan harus dilakukan tidak hanya dalam jangka pendek tetapi juga jangka menengah dan panjang. Langkah itu dapat mereduksi dampak dan meningkatkan resiliensi.
"Berarti kan kerentanannya kita turunkan. Jangan sampai rentan. Rentan itu dari tiga tadi. Manusianya rentan, infrastrukturnya rentan, lingkungannya rentan," katanya.
Langkah itu diperlukan mengingat dampak perubahan iklim dalam bentuk cuaca ekstrem dapat meningkat dalam beberapa waktu ke depan.
Dia menyoroti kenaikan suhu bumi akibat perubahan iklim berpengaruh terhadap kejadian cuaca ekstrem, termasuk munculnya siklon tropis di sekitar khatulistiwa yang sebelumnya merupakan fenomena langka.
Secara khusus, dia menjelaskan permukaan bumi saat ini mengalami kenaikan hampir mendekati 1,5 derajat Celcius dan dapat mencapai angka tersebut pada 2029, lebih cepat beberapa tahun dibandingkan perkiraan sebelumnya.
"Konsekuensi langsung dari kondisi yang 1,5 (derajat Celcius) memang yang pertama kali, yang sangat langsung begitu adalah extreme weather event, kejadian cuaca ekstrem yang salah satu indikasinya adalah storm atau badai," ujarnya