TRIBUNSUMSEL.COM, PALEMBANG - Memasuki musim kemarau permintaan layang-layang atau layangan di Kampung Kampung KB Layang-layang Lorong Sungai Tawar, Kecamatan llir Barat II, Palembang mulai meningkat.
Seperti diketahui, layangan adalah salah satu permainan tradisional yang masih bertahan hingga kinu dan memiliki peminat dari berbagai usia mulai anak-anak, remaja hingga dewasa.
Kampung KB layang layang sendiri merupakan sentra pembuat layang layang.
Mayoritas agen maupun toko layangan di Palembang dan sekitarnya menjadi langganan dari perajin di kampung ini.
Dengan dimulainya musim layangan, menjadi berkah bagi pelaku UMKM pembuat layangan di kampung KB layang layang, yang banjir pesanan hingga meningkatkan pendapatannya.
Hiruk pikuk di kampung KB layang layang, terlihat jelas dari rumah warga, terlihat sibuk membuat pesanan dan orderan dari agen dan toko layangan .
Bahkan, warga yang biasanya berhenti sementara memproduksi, kini kembali beroperasi setelah memasuki musim layang-layang.
Salah satu perajin layangan di sini adalah Santoso, yang sudah berjuang dan konsisten selama 15 tahun memproduksi dan mengisi agen dan toko layangan di pasar-pasar.
Santoso dengan konsisten dan tetap memproduksi layangan, walaupun tidak sedang dalam musimnya kini membuahkan hasil atas kesabarannya, yang kini pesanannya melonjak drastis yang hanya 50 lembar menjadi 1000 lembar perminggu.
"Alhamdulillah pesanan cukup banyak, jika sedang dalam musim," ungkap Santoso saat ditemui di kediamannya, Rabu (14/5/2025).
Saat sedang musim layangan, ia dapat meraup keuntungan yang lebih besar dari pada sebelumnya, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per Minggunya.
"Alhamdulillah sekitar itulah untuk saat ini," kata Santoso, dengan nada bersyukur.
Keberhasilannya ini tidak hanya menghidupi keluarga, namun juga dapat membayar karyawan yang membantunya dalam membuat layang layang.
"Alhamdulillah, pesanan banyak jadi kita ngajak karyawan biasanya saya sendiri yang membuatnya, karena pesanan meningkat jadi harus menambah karyawan agar pesanan tepat waktu," kata Santoso, yang juga sambil mengelem layangan.
Hasil tangan dingin bapak dengan satu anak itu, dibanderol dari harga paling rendah Rp 50 ribu , untuk pemasarannya dengan 50 lembar layangan.
“Kita jual harganya untuk 50 keping layangan dengan harga Rp 50 ribu untuk semua motif layangan,” bebernya.
Ia juga tidak berdiam diri di rumah menunggu pesanan, namun juga menjual layangannya di berbagai pasar yang ada di Kota Palembang.
"Kita juga mengedarkan ke pasar 10 ulu, 16 ilir, pasar Induk, Pasar Palimo dan Pasar Kuto," katanya.
Santoso juga mengungkapkan, ia mengambil potongan bambu untuk membuat layang layang di Gandus.
Karena lebih mudah dibandingkan membuat sendiri yang harus mencari bambu dan membentuknya menjadi bagian bagian kecil.
"Ini menghemat waktu untuk membentuk bambunya, jadi kita tinggal desain pola dan menempelkan bambunya," ungkapnya.
Dahulu sebelum adanya cetakan untuk melukis layang-layang, digambar sketsa atau bisa juga dengan tulisan-tulisan.
"Jika sekarang sudah ada cetakan jadi mudah untuk membuatnya," ungkapnya.
Membuat layang-layang yang simple, dengan potongan bambu yang di lengkungkan dengan potongan bambu yang berdiri tegak, membentuk salip, setelah itu tempel dengan kertas minyak, yang belum digambar motif, bisa warna kuning dan warna putih, sesuai selera dari pelanggan.
"Bisa request, juga motif tergantung dari bahannya dari pembeli namun di sini motifnya sudah disediakan jadi tinggal di jual saja, " ungkapnya.
Ikuti dan bergabung di saluran WhatsApp Tribunsumsel