-

Membuat cerpen tidaklah sulit, namun terkadang kita membutuhkan inspirasi untuk mulai membuatnya. Berikut ini 12 contoh cerpen yang mungkin bisa menjadi inspirasi buat kamu. Contoh cerpen ini ada yang berjenis fiksi dan ada yang pengalaman pribadi.


Contoh Cerpen Fiksi


Berikut ini 4 contoh cerpen yang berjenis fiksi:


Perjuangan Gadis Kecil


Di suatu desa yang cukup jauh dari kota, ada seorang gadis manis bernama Wulandari. Dia sekarang duduk di bangku sekolah dasar. Tidak seperti anak seusianya, dia harus berjuang lebih ekstra untuk sampai ke sekolah. Bagaimana tidak, jarak rumahnya ke sekolah kurang lebih 7 km, terlebih lagi dia harus berjalan kaki karena rumahnya di pedalaman.



Sudah hari Senin, menandakan Wulandari akan berangkat ke sekolah pada pagi buta ditemani sang ayah. Dengan hati yang riang dia menuju ke sekolah dengan ayahnya. Di perjalanan, meskipun jalan kaki, Wulan sama sekali tidak merasa lelah. Sang ayah juga selalu memberinya semangat dengan menceritakan arti nama dia.


Sudah satu jam, akhirnya tiba juga di sekolah. Dengan berbagai rintangan di perjalanan, semuanya terobati ketika melihat kawan-kawan Wulandari yang menunggu depan gerbang sekolah. Di depan gerbang juga tampak ibu kepala sekolah menyambut Wulan.




Wulandari lalu masuk ke dalam kelasnya. Namun ibu kepala sekolah bertanya pada sang ayah, "Pak, jarak yang sejauh ini apa tidak apa-apa untuk Wulan?" tanya ibu kepala sekolah.


"Kalau saya, selagi Wulandari semangat mengejar ilmunya, saya yang akan menemaninya saat berangkat dan pulang sekolah. Nanti, jika dia kelelahan saya tinggal menggendongnya" jawab ayah Wulan. Bu guru pun mengangguk.


"Bu, Wulan pernah berkata pada saya kalau dia bakalan terus belajar karena ingin menjadi seorang dokter. Mendengar itu saya tak kuasa menahan haru. Maka dari itu saya akan menemaninya selama dia punya kemauan yang tinggi untuk mengejar mimpinya," sambung ayahnya dengan mata yang berkaca-kaca.


Wulandari mungkin masih kecil, namun keinginannya untuk belajar sangat tinggi. Banyak anak di tempat lain yang memiliki akses mudah ke sekolah tetapi bersikap malas-malasan.

Semoga Wulandari benar menjadi bulan purnama bagi keluarganya kelak.


(disadur dari situs SMPN 11 Madiun)


Semua Pasti Bisa


Ari adalah seorang penyandang disabilitas yang kehilangan kaki karena kecelakaan. Sejak kecil dia suka sekali menggambar, bahkan sering kali juara lomba menggambar dan mewarnai. Sayang sekali setelah cacat, cita-citanya menjadi polisi harus kandas.


Setelah lulus, dia dibuat kebingungan. Dia tidak lagi percaya diri dan harus diantar orang tuanya saat pergi ke kampus setiap hari. Apalagi dia harus bersosialisasi dengan banyak orang normal. Akhirnya dia memutuskan untuk tetap di rumah sambil menuangkan inspirasi dalam lukisan.


Tahun berikutnya, ayah Ari meninggal. Sedangkan ibunya yang sudah pensiun pun harus kerepotan membiayai sekolah adiknya yang semakin mahal. Uang tabungan mereka pun semakin menipis. Ari terus mencari ide untuk melakukan sesuatu dengan kondisinya yang cacat itu.


Akhirnya dia memutuskan belajar bisnis dengan masuk ke sejumlah situs internet. Akhirnya dia mengetahui bahwa gambar-gambar bagus bisa dijual secara online. Dengan sisa tabungannya, dia kemudian membeli tablet untuk menggambar. Setiap hari dia mulai rajin menggambar dan mengunggah di situs jual beli gambar.


Dalam beberapa waktu, hasil karyanya banyak dibeli. Bahkan orderan juga banyak datang. Kini tabungannya semakin banyak, bahkan untuk kebutuhan keluarga pun sudah bisa tercukupi. Sekarang kamarnya pun sudah menjadi kantor untuk bekerja.


Cacat bukan sebuah masalah ataupun beban yang membuat diri kita berjalan mundur. Semua sudah ada yang mengatur, tidak akan ada rezeki yang datang sendiri, karena kitalah yang harus menjemputnya sendiri.


(disadur dari Teks Cerita Inspiratif yang disusun Raihan Rizky Agung dari SMP N 3 Sokaraja.)



Semuanya Akan Tinggal Kenangan


Awal aku menginjakkan kakiku di sekolah ini rasanya sangat nyaman dan menyejukkan hati. Peraturannya sungguh ketat. Dari sinilah karakter kami dibentuk sebaik mungkin, ketika bersekolah di SMK Negeri Ampera.


Sekolah ini adalah suatu kebanggaan bagi diriku. Aku lalui hari demi hari di sekolah bersama teman dan guru-guru, baik dalam proses belajar mengajar, bercanda bersama, selalu menjadikan jam kosong sebagai waktu untuk bermain, ngobrol bareng kawan, bergosip.


Dan kami juga akan mendapatkan 'santapan pagi' jika terlambat datang ke sekolah. Kami selalu dimarahi, dihukum bahkan dipukul oleh guru-guru jika melakukan kesalahan. Dihukum karena tidak mengumpulkan tugas, sering bolos, terlambat, membangkang dan masih banyak lagi kesalahan yang kami lakukan. Namun, mereka selalu sabar dalam mendidik kami anak-anak mereka selama tiga tahun ini.


"Tak terasa kami sudah kelas XII dan tak lama lagi kami akan meninggalkan sekolah ini dan pastinya semuanya akan menjadi sebuah kenangan", pikirku saat duduk termenung di bawah pohon kersen yang berada di sekolah.


Tiba-tiba ada suara lantang dan nyaring mengejutkanku. "Teman-teman semua jika kalian sukses janganlah kalian melupakan guru-guru dan ingatlah bahwa kita adalah teman seperjuangan selama tiga tahun ini", kata Rahmatia, teman kelasku.


"Itu sudah pasti teman", disahut oleh teman-teman yang lainnya.


"Aku akan selalu merindukan kalian semua", ada kata teman yang lainnya.


Seketika dialog tersebut membuat air mataku membendung. Aku sadar bahwa waktu kita hanya tinggal 1 bulan lagi berada di sekolah ini.


"Tidak ada lagi yang bercanda bersama sampai tertawa terbahak-bahak, ngobrol bareng, dimarahi, dihukum, dipukul dan pastinya, sudah tidak mendapatkan santapan hangat di pagi hari jika terlambat ke sekolah", jelasku.


Tanpa aku sadari momen seperti inilah yang akan membuatku rindu sekolah ini. Sekolah yang sangat bersejarah dan sekolah yang sangat terbaik menurutku. Mulai dari kepala sekolah, guru-guru dan siswanya pun merupakan orang-orang yang baik.


Mungkin semuanya akan menjadi momen yang indah bagiku.


"Ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Dan sebelum berpisah, terima kasih yang tak terhingga untuk Bapak Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu guru serta rekan-rekanku untuk kebersamaan selama ini", tuturku dengan air mata berlinang.


(sumber: situs SMKN Ampera Alor/Karma M. Bura)


Aula Sekolah


Semuanya berawal ketika kenaikan kelas. Suatu ketika, aku dan sahabat-sahabatku duduk di kelas 12. Secara kebetulan aku, Rina, dan Astri berada di kelas 12A, sedangkan Maya di kelas 12C.


Hari jumat, seperti biasa sekolah selalu melaksanakan IMTAQ pagi. Rina dan Maya yang saat itu sedang berhalangan, dipisahkan dari barisan IMTAQ dan ditempatkan di aula sekolah dekat toilet siswi.


Seiring berjalannya IMTAQ, suara teriakan terdengar dari arah aula banyak siswa-siswi berlarian meninggalkan mushola. Aku mendatangi Rina dan Maya yang berada di aula. Sesampainya di sana, ternyata suasana aula sudah penuh kepanikan karena ada siswi kelas 10 yang kesurupan. Hingga beberapa satu jam kemudian, kondisi kembali tenang.


Hari-hari berlalu, pada saat jam istirahat, aku, Rina, dan Astri berjalan ke kelas 12C untuk mengajak Maya ke kantin bareng. Entah kenapa saat di jalan tiba-tiba Rina membahas soal kesurupan tersebut.


"Selesai kejadian kesurupan kemarin, kalian merasa ada yang aneh nggak? Tadi malam aku mimpi didatangi cewek cantik, rambutnya panjang, dia mengajak aku main di aula sekolah," kata Rina.


Setelah itu, Rina berhenti membahas hal itu. Sampai di kelas 12C, ternyata Maya tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Aku sempat agak resah, karena tumben banget Maya tidak masuk sekolah tanpa keterangan.


Karena khawatir, kami bertiga berkunjung ke rumah Maya sepulang sekolah. Di rumahnya, Maya bercerita setelah kejadian kesurupan itu dia melihat sosok wanita cantik, berambut panjang terurai. Dia berjalan ke belakang aula sekolah, tetapi sosok wanita itu tiba-tiba hilang.


Maya juga bercerita, malam harinya dia didatangi oleh sosok wanita itu dan mengajak Maya untuk menemaninya di aula sekolah. Makanya Maya menjadi trauma dan takut ke aula sekolah. Rupanya mimpi itu terjadi pada Maya dan Rina.


Tidak terasa waktu menunjukan jam 17.00. Aku, Rina, dan Astri pun bergegas pulang. Sampai di depan pintu rumahku, ponselku berdering. Saat aku cek, identitas peneleponnya tidak diketahui.


"Mungkin orang iseng kali," pikirku sembari menutup telepon.


Keesokan harinya, seperti biasa di kantin sekolah kami berempat kumpul bareng dan bercerita tentang telepon nomor tak dikenal. Anehnya, tidak hanya aku yang ditelepon oleh orang tidak dikenal, tetapi Rina dan Astri juga.


Rina sempat mengangkat telepon dan yang berbicara seorang wanita bersuara serak. "Jangan dekati Maya, Maya itu temanku," kata si penelepon kepada Rina. Setelahnya, Rina mendengar jelas suara cakaran di depan pintu rumahnya. Anehnya, suara itu hanya terdengar oleh Rina.


Sementara Astri juga bercerita sepulang dari rumah Maya dia merasa diikuti seseorang. Malam harinya pun saat tidur dia merasa ada yang bernapas di belakangnya. Aku pun melihat wajah Maya yang penuh ketakutan.


Puncaknya, pada saat kegiatan Persami, kami semua ditugasi mencari bendera merah putih secara berpasangan. Aku berpasangan dengan Rina, dan Maya dengan Astri. Saat giliran Maya dan Astri, mereka tak juga kembali, hingga semua mencari mereka.


Beberapa saat kemudian, Astri ditemukan dalam keadaan pingsan. Sementara Maya tidak ditemukan keberadaannya. Astri mengatakan terakhir melihat Maya ke arah aula sekolah karena melihat adanya bendera di sana. Meski semua orang mencari Maya di sana, tetap saja tidak ada yang berhasil menemukan.


Hal ini menjadi kejadian mencekam dan menyedihkan bagi sekolah, teman-teman Maya, dan tentunya keluarganya. Sejak kejadian itu pihak sekolah menutup aula dan sekitarnya. Banyak rumor setelah kejadian itu, ceritanya dahulu ada seorang siswi cantik yang ditemukan meninggal di belakang aula sekolah, yang diduga belakangan ini mengganggu Maya dan Astri.


(disadur dari situs SMAN 1 Terara/Galuh Bayu Saputra)



Contoh Cerpen Pengalaman Pribadi


Berikut ini 8 contoh cerpen yang berjenis pengalaman pribadi:


Liburan Terakhirku di Praha


Liburan terakhir saya adalah perjalanan selama lima hari ke Praha di Republik Ceko. Saya mengenal Praha dengan baik karena saya pernah tinggal di sana saat masih kuliah, lebih dari sepuluh tahun yang lalu.


Alih-alih menginap di hotel, saya tinggal dengan salah satu teman lama saya. Itu sangat menyenangkan, dan sedikit mirip dengan kehidupan lama saya. Saya ingin melakukan semua hal yang sama seperti yang saya lakukan di masa kuliah, jadi saya mengunjungi universitas. Tempat ini telah banyak berubah dan terlihat lebih modern. Saya juga pergi ke supermarket di dekat rumah lama saya. Saya senang melihat semua makanan yang berbeda. Saya sangat senang menemukan keju dan biskuit cokelat favorit saya, tetapi harganya sedikit lebih mahal dari yang saya ingat!


Kami juga melakukan beberapa hal seperti layaknya turis. Kami berjalan mendaki Bukit Petrin yang indah dan mengelilingi kastil. Pemandangan kota dari atas sana sangat menakjubkan. Kami berjalan menyeberangi Jembatan Charles yang bersejarah. Flat teman saya sangat dekat dengan Menara TV, jadi kami melihat patung-patung bayi yang terkenal memanjatnya. Hal-hal itu tidak berubah, tentu saja.


(sumber: British Council)


Perjalanan ke Gunung


Hari itu adalah hari musim panas yang indah, dan teman saya dan saya telah merencanakan perjalanan ke pegunungan selama berminggu-minggu. Kami mengepak tas kami dan berangkat pagi-pagi sekali, tak sabar untuk menghabiskan hari dengan mendaki gunung dan menjelajahi lanskap yang indah.


Saat kami melaju melalui jalan pegunungan yang berkelok-kelok, pemandangannya sungguh menakjubkan. Pepohonan yang tinggi dan hutan hijau yang rimbun seakan-akan tak ada habisnya, dan udara yang segar dan bersih sangat menyegarkan.


Kami akhirnya tiba di tempat tujuan dan memulai pendakian. Jalan setapaknya curam dan berliku, tetapi pemandangannya sepadan. Kami bisa melihat bermil-mil jauhnya ke segala arah, dan puncak gunung tampak membentang hingga ke langit.


Saat mendaki, kami berhenti untuk beristirahat dan menikmati keindahan di sekeliling kami. Kami duduk di atas singkapan batu dan menyantap bekal makan siang kami, menikmati kedamaian gunung.


Saat hari mulai beranjak sore, kami kembali menuju mobil. Kami lelah tapi senang, setelah menjalani hari yang menyenangkan di pegunungan. Saat kami kembali ke rumah, kami tidak sabar untuk merencanakan liburan kami berikutnya ke tempat yang indah dan alami.


(sumber: English Academy)


Ulang Tahun Benny


Tanggal 7 Januari adalah hari ulang tahun Benny. Dia akan berusia delapan tahun. Dia duduk di kelas tiga. Dia bersekolah di sekolah dasar. Sekolah dasar adalah untuk anak-anak. Jaraknya hanya satu mil jauhnya. Dia berjalan kaki ke sekolah. Hanya membutuhkan waktu 20 menit.


Saat hujan, dia memakai jas hujan. Dia biasanya membawa payung. Tapi payungnya hilang. Ibunya memberinya payung lain. Dia merusakkan payung yang satu itu. Ibunya berkata, "Kamu tidak cocok menggunakan payung."


Untuk ulang tahunnya yang kedelapan, Benny menginginkan sepeda. Dia bisa mengendarai sepeda ke sekolah. Sepulang sekolah ia bisa bersepeda dengan teman-temannya. Dia bisa naik sepeda ke kolam renang. Dia bisa naik sepeda ke perpustakaan.


Ayah dan ibunya membawanya ke toko sepeda. Mereka memintanya untuk melihat-lihat sepeda. Dia melihat semua sepeda. Ia memilih sepeda berwarna merah. Dia menunjukkan kepada orang tuanya. Ayah mengatakan harganya terlalu mahal. Ia menyuruh Benny memilih sepeda yang lain. Benny memilih sepeda berwarna biru. Ayah berkata bahwa sepeda biru harganya tepat.


(sumber: ESL Fast)


Jadi Juara Lomba


Lomba itu akhirnya telah kuselesaikan dengan baik. Aku jadi juara dalam lomba membuat video wisata. Ini satu-satunya pengalamanku memenangi suatu kompetisi umum di luar sekolah.


Sekitar dua bulan yang lalu, aku membaca informasi terkait adanya lomba video yang diadakan sebuah stasiun televisi swasta. Saat itu aku tidak berencana mengikuti kompetisi karena belum punya ide dan rencana.


Baru sekitar sebulan kemudian, saudara perempuanku dari Jakarta datang ke Kota Solo. Dia adalah Ninda. Karena aku satu-satunya anak perempuan di keluargaku, maka akulah yang diminta menemaninya. Aku pun mengajaknya berkeliling naik bus tingkat Werkudara.


Dari situlah aku tiba-tiba mendapatkan ide untuk membuat video dan ikut serta dalam kompetisi pembuatan video itu. Selama perjalanan, aku merekam semua peristiwa di sekitar. Ninda pun seakan menjadi artis dalam videoku.


Untuk membuat video yang bagus, tentu harus melakukan proses editing yang baik pula. Aku meminta kakakku untuk mengajari cara menggunakan aplikasi editing video dengan baik.


Waktu yang tersisa tinggal tiga hari sebelum pengumpulan video ditutup. Aku harus mengebut pekerjaan agar selesai tepat waktu. Maklum, aku masih sambil belajar menggunakan aplikasi tersebut.


Di hari terakhir, akhirnya aku menyelesaikan pekerjaan videoku. Tentu ini belum tuntas. Aku masih harus mengunggah video ke website yang ditentukan. Yang menjadi masalah, saat itu internet di rumah sedang gangguan, sehingga cukup lambat untuk mengirim video.


Ternyata setelah berjam-jam, video itu masih belum selesai terunggah. Padahal waktu sudah mau pukul 12 malam. Beruntung internet saat itu tiba-tiba membaik, dan segera video itu bisa terunggah.


Setelah aku cek, ternyata video itu terunggah pukul 12.01 WIB. Tentu ini membuat hatiku tak karuan. Karena aku sudah berjuang mati-matian. Sayang banget kalau video ini dinyatakan terlambat diterima.


Aku sudah tidak berharap bisa menang. Tapi dalam hati kecilku, aku terus berdoa agar panitia tetap menerima karyaku.


Di hari pengumuman pun, aku tak ingin segera melihat pengumuman yang disampaikan lewat Instagram. Tapi beberapa pesan WhatsApp dari teman masuk dan mengucapkan selamat kepadaku. Aku kira cuma bercanda, ternyata setelah aku buka pengumuman, aku mendapatkan juara pertama. Tentu aku sangat bahagia dengan hasil ini.


(sumber: detikcom.)


Idul Adha di Desa Ayah


Idul Adha tahun ini terasa berbeda karena bertepatan dengan libur kenaikan kelas. Alhamdulillah kemarin aku mendapatkan rangking 3 di kelas dan bisa naik ke kelas 6 SDN Sukomulyo, Magelang. Karena prestasi ini, aku boleh meminta hadiah kepada ayahku. Aku minta berlibur ke desa ayah yang ada di Kudus, Jawa Tengah.


Aku ingin berlibur ke Kudus karena ingin melihat pelaksanaan Idul Adha di sana. Sebab di desa ayahku, hewan yang dikurbankan bukan sapi, tetapi kerbau. Terakhir kali aku ke sana waktu masih duduk di bangku TK. Jadi aku lupa-lupa ingat.


Kebetulan ayahku bisa izin kantor untuk pulang lebih awal, jadi kita sekeluarga bisa berangkat sehari sebelum hari raya Idul Adha. Aku, ayah, dan ibu berangkat naik mobil. Aku duduk di belakang, sedangkan ayah dan ibu duduk di depan.


Untuk sampai ke sana, butuh waktu sekitar 3,5 jam. Karena perjalanan panjang, aku sudah membawa banyak bekal makanan. Tapi sebelum sempat makan cemilan, ternyata aku tertidur di mobil.


Sekitar 3 jam perjalanan, aku terbangun karena ban mobilku bocor. Padahal tempat itu adalah persawahan dan hari sudah sore. Ayahku sempat jalan kaki menuju perumahan warga, tetapi tidak ada tukang tambal ban di sana. Tambal ban terdekat jaraknya sekitar 1 kilometer, tidak mungkin mobilnya didorong sampai ke sana.


Ayahku lalu memberi kabar ini kepada pamanku di Kudus. Ternyata pamanku mau menjemput ke tempat kami. Kami pun menunggu sambil mencari warung di sekitar lokasi. Sekitar 30 menit kemudian, paman datang. Dalam perjalanan, paman juga sambil mencari tukang tambal ban sehingga mobilnya bisa cepat ditangani.


Singkat cerita, kami akhirnya sampai di desa ayah malam hari. Masjid di dekat rumah paman sudah terus mengumandangkan takbir karena besok adalah hari raya. Tapi karena sudah terlalu lelah, aku diminta cepat tidur.


Keesokan harinya, selepas subuh, aku sudah mandi dan bersiap mengikuti salat Idul Adha di lapangan desa. Suasananya benar-benar berbeda dengan di rumahku yang masuk di perkotaan. Sambil berjalan ke lapangan, aku sempat melihat-lihat kerbau yang mau disembelih. Ukurannya besar-besar.


Setelah salat Idul Adha, aku diminta ganti pakaian dan ikut menyaksikan pelaksanaan penyembelihan kurban. Kebetulan keluarga ayah ada banyak di sana. Aku berkesempatan naik ke punggung kerbau bergantian dengan anak-anak lainnya. Ini pengalaman pertamaku naik ke punggung kerbau.


Dan yang paling ditunggu adalah setelah selesai penyembelihan kerbau. Warga di sana memasak gulai daging kerbau. Kami sekeluarga ikut makan bersama warga setempat. Ini juga pertama kalinya aku makan daging kerbau, ternyata rasanya enak juga.


Inilah pengalamanku di desa ayah saat Idul Adha. Selain itu, aku sempat liburan ke beberapa tempat wisata di sana. Waktu terasa sangat cepat. Setelah tiga hari di sana, kami akhirnya berpamitan untuk pulang. Aku berharap bisa datang ke sana lagi tahun depan.


(sumber: detikcom.)


Kesal Biolaku Rusak


Rasanya, biolaku tidak bersahabat denganku hari ini. Konser musikal sekolah diadakan sebentar lagi. Aku akan berada di kursi depan dan aku sudah berjanji pada diriku untuk tampil memukau. Tapi, dawai biolaku justru putus saat aku sedang berlatih.


Aku keluar dari tempat latihan sementara waktu. Aku duduk di kantin dan merasa sangat kesal. Tiba-tiba, Tania mengagetkanku, "Dooorr!"


"Kenapa kesal begitu?"


Aku menjelaskan alasanku merasa begitu kesal. Tania mendengarkanku lalu ia mulai bertanya, "Kalau misalnya kamu mau pergi naik pesawat dan memilih tiketnya kapan itu terserah kamu kan?"


"Iya. Kendali kita sih mau naik apa dan berangkat kapan." jawabku pada Tania. Kemudian Tania melanjutkan, "Kalau misalnya pesawatmu terlambat, itu bukan kendalimu kan?"


"Bukan sih."


"Nah sama juga dengan kejadianmu hari ini. Kamu bisa mengendalikan hal-hal yang kamu kendalikan. Misalnya latihan keras. Tapi biola kamu rusak bukan kendali kamu. Jadi, kamu nggak perlu mengeluh lagi. Ok?"


Mendengar itu, aku sadar bahwa perkataan Tania ada benarnya.


(sumber: Brainly)


Liburan dengan Berkemah


Untuk mengisi liburan sekolah, aku dan teman-teman pergi berkemah ke Gunung Putri. Kami menginap selama dua hari satu malam. Pengalaman berkemah kali ini cukup membuat kami tegang.


Saat kami baru saja tiba di puncak, ternyata tenda yang kami sewa robek. Awalnya kami tidak mempermasalahkan hal itu karena kami membawa lakban untuk menambalnya. Hingga saat malam tiba, kami baru merasakan ketegangan selama berkemah.


Tiba-tiba hujan mengguyur area tempat kami berkemah. Volume hujan sangat besar dan membuat tenda kami tak bisa menahan air sehingga kami semua kebasahan. Kondisi diperparah karena permukaan tanah di sekeliling digenangi air hujan.


Sebelumnya kami sudah membuat parit, namun tetap saja besarnya tak cukup menampung air hujan yang datang. Alhasil kami harus menunggu selama 6 jam hingga hujan reda.


Keesokan harinya kami merasa kelelahan atas kejadian semalam itu. Teman-temanku bahkan ada yang langsung terkena flu. Beruntungnya aku tak mengalami kondisi yang buruk pada tubuhku, meski sempat menggigil karena kebasahan.


Di hari terakhir kami berkemah, aku baru merasakan sensasi yang sebenarnya. Hari itu cuaca hangat dan membuat kami bisa bersenang-senang dengan bernyanyi, mengobrol, dan memainkan beberapa games tantangan.


Pengalaman berkemah ini menjadi cerita yang paling menarik bagiku sejauh ini. Selain menjadi pelajaran untuk lebih menyiapkan tenda berkemah, aku jadi tahu bagaimana cara bertahan di dunia yang tidak aman bagiku, yakni gunung.


(karya Zidan Hadif Putra)


Liburan di Rumah Saja


Selama satu minggu libur sekolah, ayah dan ibu memberikan tugas untuk menjaga adik. Ayah dan ibu saat ini tengah sibuk melayani pembeli di pasar.


Sebelum adik lahir, aku sering membantu ibu dan ayah di pasar setiap kali libur sekolah. Tugasku biasanya menimbang beberapa sayuran dan memasukkannya ke dalam kantong plastik. Hal ini dilakukan agar pembeli bisa langsung mengambil sesuai berat yang diinginkan.


Namun, tahun ini aku menghabiskan waktu liburanku untuk mengasuh adik yang usianya masih 1,5 tahun. Adikku jarang rewel dan lebih banyak tidur siang sehingga aku tak kesusahan dalam mengurusnya. Akan tetapi, saat dia sudah buang air besar, terkadang aku kesulitan dan panik karena dia menangis kencang.


Untuk menenangkannya, ibu memberitahuku untuk menyediakan botol susu kemudian langsung mengisinya dengan ASI yang telah ibu simpan di freezer. Sempat aku memecahkan botol ASI yang terbuat dari kaca karena saat ini aku merasa sangat kewalahan dalam mengurus adik.


Agak melelahkan memang mengurus bayi itu, namun aku merasa senang karena dia menjadi nyaman bersamaku. Aku merasa waktu libur sekolahku menjadi momen untuk memperdekat hubunganku dengan keluarga.


(sumber: detikcom)


Nah, itulah tadi 12 contoh cerpen fiksi dan pengalaman pribadi yang menarik. Sudahkah kalian mendapatkan ide untuk menulis cerpen karya kalian sendiri?


Baca Lebih Lanjut
10 Contoh Teks Iklan Singkat yang Menarik dan Ampuh Memikat Konsumen
Sindonews
25 Contoh Yel-Yel Kampanye Ketua OSIS yang Simpel, Menarik, dan Seru
Sindonews
Referensi Contoh Isian Studi Kasus Uji Kompetensi Peserta PPG Guru Tertentu, Narasi Pengalaman Nyata
Siti Umnah
Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 6 SD Halaman 206 Kurikulum Merdeka: Fiksi dan Nonfiksi
Febri Prasetyo
Contoh Studi Kasus PPG Piloting 2024 yang Wajib Diketahui
Berita Terkini
Isian Studi Kasus Uji Kompetensi Peserta PPG Guru Tertentu, Narasi Pengalaman Nyata 500 Karakter
Siti Umnah
3 Contoh Laporan Studi Kasus Piloting PPG bagi Guru Tertentu 2024, Tersedia File PDF
Novaldi Hibaturrahman
Contoh Jawaban Studi Kasus UKPPPG Guru Tertentu, Kasus 7 Tantangan Mengatasi Perilaku Agresif Anak
Siti Umnah
Neuroplastisitas: Mekanisme Dinamis Otak dalam Merespons Pengalaman
Attila Eka Putra
Inovasi Pendidikan Kids SoHo: Tenant Baru yang Menarik dan Pengembangan Fitur Pembelajaran
Timesindonesia