-
Seekor bayi panda merah baru-baru ini ditemukan mati di Kebun Binatang Edinburgh, Inggris. Para ahli hewan menyimpulkan bahwa kemungkinan besar kematiannya lantaran stress karena suara kembang api.
Kematian ini berakibat timbulnya seruan agar ada pembatasan yang lebih ketat untuk menyalakan kembang api di Inggris. Begini kronologinya dikutip dari IFL Science.
\nRoxie merupakan bayi panda merah di Kebun Binatang Edinburgh berusia tiga bulan. Hewan ini baru saja kehilangan ibunya, Ginger tetapi keadaannya mulai membaik.
Keadaan itu berubah pada tanggal 5 November 2024 lalu. Pada tanggal ini Inggris memperingati Guy Fawkes atau Malam Api Unggun, sebuah peringatan Rencana Mesiu 1605 yang gagal untuk meledakkan Parlemen dan membunuh raja.
Untuk mengenang kejadian itu, orang-orang menyalakan kembang api di pusat kota Edinburgh. Ketika kembang api sedang indah-indahnya di langit, Wakil Kepala Eksekutif Royal Zoological Society of Scotland (RZSS) menjelaskan Roxie ditemukan tersedak muntahannya sendiri.
Dokter hewan kebun binatang yakin ini adalah reaksi terhadap kembang api. Kala itu Roxie bisa masuk ke sarangnya tetapi suara dari kembang api terlalu mengganggunya.
"Kami tahu bahwa kembang api dapat menyebabkan stres pada hewan lain di kebun binatang. Kami (juga) tidak dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa kembang api mungkin telah menyebabkan kematian dini induk Roxie, Ginger.
Roxie merupakan penghuni Kebun Binatang Edinburgh yang dicintai pengunjung. Terutama ketika ia dilantik menjadi anggota Knights of the Round Table , serial TikTok populer yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran terhadap konservasi hewan.
Pasca kematian Roxie, RZSS sebagai pemilik Kebun Binatang Edinburgh menyerukan pembatasan yang lebih ketat terhadap menyalakan kembang api. Termasuk penjualan kembang api kepada publik dan kembang api bisa digunakan saat acara-acara resmi.
"Ini akan membantu menghindari konsekuensi yang (bisa) menghancurkan bagi hewan seperti Roxie. Sekaligus memastikan bahwa orang-orang tetap bisa menikmati perayaan tradisional," tambah Supple.
Protes yang dilakukan RZSS didukung dengan munculnya petisi yang menyerukan hadirnya regulasi lebih ketat terkait penggunaan kembang api. Regulasi harus memuat masalah penggunaan kembang api pribadi, tingkat desibel maksimum yang diizinkan untuk kembang api, dan pertunjukan kembang api publik harus memerlukan izin. Petisi ini telah mendapat satu juta tanda tangan dukungan dan memenuhi syarat untuk dipertimbangkan di Parlemen Inggris.
Asosiasi Kembang Api Inggris yang mewakili produsen dan importir kembang api ikut angkat bicara terkait masalah ini. Katanya, meskipun mereka menganjurkan penggunaan kembang api yang aman, penuh rasa hormat, dan bertanggung jawab, pengetatan pembatasan kembang api di publik adalah "salah arah".
Di Amerika Serikat, pembatasan penggunaan kembang api diatur bergantung pada negara bagian. Namun, di sana kembang api dilarang di semua suaka margasatwa nasional, hutan nasional, dan taman nasional.
Pelarangan ini disebabkan karena dampak kembang api terhadap satwa liar. Ledakan dapat menyebabkan hewan linglung, menabrak gedung, hingga menelantarkan anak-anaknya.