-
Metode pembelajaran Jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran aktif karena mengharuskan semua siswa turut terlibat dalam proses pembelajaran. Pemilihan Pembelajaran yang tepat penting agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
Tanpa metode yang efektif, kegiatan belajar hanya berfokus pada aktivitas yang pasif, seperti duduk, mendengarkan , mencatat, dan menghafal. Kondisi ini membuat siswa merasa bosan dan kurang tertarik dengan pembelajaran. Maka menerapkan metode pembelajaran Jigsaw adalah cara yang tepat supaya pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa.
Menurut Kartika, Hunfa, dan Altaftazani (2019), pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah metode pembelajaran di mana siswa memiliki peran yang lebih besar dalam pembelajaran dibandingkan guru.
Sedangkan menurut Syarifuddin, pembelajaran kooperatif jigsaw adalah model pembelajaran dengan menggunakan pengelompokan /tim kecil yaitu yang terdiri antara empat, enam, bahkan sampai delapan orang yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Kemudian kelompok ini bekerja sama untuk memahami materi yang diberikan dan saling membantu dalam proses pembelajaran.
Menurut Syarifuddin, model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw memiliki beberapa karakteristik.
Metode pembelajaran ini mengandalkan pembelajaran secara berkelompok sehingga setiap siswa memiliki tanggung jawab untuk saling membantu satu sama lain demi tercapainya pembelajaran, yaitu memahami pembelajaran.
Metode pembelajaran ini memerlukan manajemen yang baik dengan empat fungsi utama :
Metode kooperatif jigsaw membuat anggota kelompok memiliki kemampuan untuk bekerja sama. Sehingga tidak hanya pekerjaannya sendiri yang selesai, tetapi milik temannya juga selesai.
Selain memiliki kemauan bekerja sama, perlu adanya keterampilan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Dengan keterampilan ini siswa dapat saling mendukung dan belajar bersama.
Menurut Yamin dan Ansari (dalam Syarifuddin, 2008), ada beberapa keuntungan dari pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw:
Sebaliknya di sisi lain ada beberapa keterbatasan menurut Sanjaya (dalam Syarifuddi, 2010):
ketika baru memulai menerapkan metode pembelajaran ini, beberapa siswa akan merasa segan untuk mengeluarkan ide atau takut dihakimi oleh teman-teman sekelompoknya.
Tidak semua siswa dapat langsung memahami dan menerima filosofi dari pembelajaran kooperatif, sehingga guru memerlukan waktu yang lebih untuk mensosialisasikan metode ini.
Apabila menggunakan metode pembelajaran jigsaw guru memerlukan lebih banyak waktu untuk menilai setiap individu dan kelompok, serta menghitung hasil presentasi.
Karena metode ini menggunakan pembelajaran secara berkelompok maka penilaian terhadap kontribusi individu dapat menjadi lebih sulit.
Karena berkelompok tidak semua kelompok dapat bekerja sama dengan baik karena karakteristik siswa yang beragam.
Meskipun metode ini merupakan pembelajaran yang mengandalkan kerja sama, tetapi tetap ada beberapa bagian yang membutuhkan usaha pribadi. Hal ini akan menyulitkan siswa yang sudah terbiasa bekerja sama.
Berikut adalah parafrase dari langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Isjoni (2009) dalam jurnal Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Pemahaman Matematika Siswa SD Kelas V, dengan penjelasan yang lebih mudah dipahami:
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membentuk kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok terdiri dari 4-6 orang.
Langkah kedua, berikan tugas yang harus dikerjakan secara bersama.
Siswa yang mendapatkan tugas yang sama dari berbagai kelompok akan berkumpul dalam sebuah kelompok baru. dalam kelompok ini mereka akan berfokus untuk mempelajari materi yang diberikan kepada mereka.
Setelah memahami materi yang diberikan setiap siswa akan kembali ke kelompok asal.
Langkah terakhir adalah melakukan tes untuk mengukur sejauh mana mereka memahami materi yang telah diberikan.