Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Fatimatuz Zahroh
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Calon Gubernur Jawa Timur terpilih, Khofifah Indar Parawansa, ikut panen durian premium jenis black thorn dan musang king di kebun Republik Durian Farm di Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, pada Jumat (27/12/2024) siang.
Bersama pemilik kebun, Anna Luthfie, Khofifah diajak berkeliling kebun seluas satu hektare dan telah ditanami 100 pohon dengan berbagai jenis durian.
Selain black thorn dan musang king, ada juga tanaman durian jenis bawor.
Semua tanaman durian di sini adalah jenis premium dengan citarasa khas manis dan legit.
Saat panen buah durian black thorn, pihak Republik Durian Farm sudah menyediakan tangga.
Namun Khofifah menolak tangga yang ada, dan memilih untuk memanjatnya langsung.
“Saya biasa manjat dan suka naik gunung. Jadi sudah nggak usah tangga,” kata Khofifah.
Khofifah pun langsung naik ke pohon yang memiliki tinggi hanya dua hingga tiga meter tersebut.
Meski pohonnya rendah, namun buah durian sudah bergelantungan cukup lebat.
Berbekal gunting, Khofifah kemudian menggunting tali rafiah yang sudah diikatkan ke buah durian yang sudah tua dan siap panen.
Sengaja disiapkan tali pada buah, agar buah tidak jatuh dengan sendirinya ke tanah.
Bukan hanya masalah keamanan pada manusia, namun harga buah ini cukup fantastis.
Per kilogramnya bisa mencapai Rp 500 ribu. Dan satu buah durian black thorn harganya bisa mencapai Rp 1,2 juta.
“Saya ini durian lover. Hampir semua jenis durian sudah saya coba, dan durian black thorn ini menurut saya adalah yang terbaik, bahkan lebih enak dibandingkan musang king,” ungkap Khofifah saat mencicipi durian black thorn.
Durian black thorn yang dibudidayakan di Republik Durian Farm memiliki ciri khas yang berbeda dengan durian jenis lainnya.
Kulit durian ini berwarna hijau dengan duri berwarna hitam di ujungnya, serta pola bergambar bintang yang mencolok.
Daging buahnya berwarna oranye dengan rasa yang manis dan legit.
Lebih lanjut Khofifah mengungkapkan potensi besar dalam pengembangan tanaman durian di Jawa Timur sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Khofifah, durian, terutama jenis musang king dan black thorn, memiliki peluang ekspor yang sangat menjanjikan, khususnya untuk memenuhi permintaan pasar di Tiongkok.
Selain itu, kebutuhan domestik saat ini 80 persen masih impor untuk jenis durian tersebut.
Di desa Ngaglik, terdapat tiga perkebunan, sementara untuk jenis yang sama sedang dikembangkan di Wonosalam Jombang dengan luasan lebih besar.
Khofifah juga mengungkapkan, beberapa waktu lalu ia mengunggah foto dan video sedang membuka durian black thorn di media sosial, yang mendapat sambutan positif dari warganet, termasuk dari Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia.
“Dubes Tiongkok merespons positif, dan mereka menyampaikan minat untuk mengimpor durian dari Indonesia. Deputi Komersial dan Perdagangan Kedutaan Tiongkok bahkan langsung menanyakan tentang produk durian black thorn dan musang king yang dikembangkan di Jawa Timur,” jelasnya.
Untuk itu, Khofifah menambahkan, kunjungannya kali ini bertujuan untuk meninjau kapasitas produksi durian musang king dan black thorn di Blitar, terutama saat musim panen.
Menurutnya, untuk memenuhi pasar ekspor, produk durian harus memenuhi tiga faktor penting yaitu kuantitas, kualitas, dan kontinyuitas.
“Saya yakin durian premium seperti black thorn dan musang king sangat berpotensi untuk masuk pasar ekspor. Maka kunjungan ini kami ingin memastikan bahwa kualitas dan kuantitas produk durian di sini saat peak season sampai seberapa,” tegasnya.
Khofifah juga mengungkapkan, di masa depan, pengembangan durian premium di Jawa Timur akan semakin diperluas.
Ia berencana memanfaatkan lahan idle dan perhutanan sosial untuk meningkatkan luas penanaman durian, mengingat potensi ekonomi yang sangat besar.
“Karena peluang bisnisnya sangat menjanjikan. Satu hektare kebun durian dengan 100 pohon bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp 2 miliar dalam waktu empat sampai lima tahun,” jelas Khofifah mengutip penjelasan Anna Luthfi pemilik perkebunan durian.
Karena itu, Khofifah optimistis sektor ini dapat berkembang pesat jika melibatkan lebih banyak pihak, seperti lembaga pengelola hutan desa (LMDH) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
“Kita bisa mengembangkan ini lebih masif, misalnya dengan menggandeng LMDH dan juga BUMDes. Satu desa dengan satu hektare kebun empat sampai lima tahun bisa menghasilkan keuntungan hingga Rp 2 miliar,” tambah Khofifah.
Di sisi lain, pemilik Republik Durian Farm, Anna Luthfie, juga mengungkapkan potensi besar dalam budi daya durian.
“Mengembangkan durian itu sangat potensial. Petani durian memiliki risiko satu, yaitu kaya raya,” ujar Anna antusias.
Menurut Anna Luthfie, durian black thorn yang dikembangkan di Blitar memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan durian black thorn dari Malaysia.
Faktor tanah yang subur dan iklim yang mendukung menjadi alasan utama mengapa durian Blitar memiliki rasa yang lebih unggul.
“Blitar, Tulungagung, Kediri, dan seluruh Jawa Timur memiliki potensi besar untuk budi daya durian premium,” katanya.
Anna juga mengungkapkan, budi daya durian bisa digandengkan dengan budi daya ikan seperti lele atau patin.
Pasalnya kolam ikan bisa berfungsi ganda, selain sebagai cadangan air, juga berfungsi sebagai sumber pupuk alami bagi tanaman durian.
“Itulah alasannya 80 persen pupuk untuk kebun durian di sini adalah dengan pupuk organik,” urainya.