TRIBUNJATIMTIMUR.COM, KEDIRI - Di tengah pesatnya perkembangan kafe di Pare, Kediri, D’Pare Van Java hadir dengan konsep unik yang menggabungkan kopi dan musik dalam satu tempat.
Kafe yang berlokasi di Desa Puhrejo, Tulungrejo ini bukan sekadar tempat nongkrong biasa, tetapi juga menjadi wadah bagi musisi muda untuk menyalurkan bakatnya.
Pemilik D’Pare Van Java, Irfan Ibnu Asa (44) mengatakan bahwa ide membangun kafe ini muncul dari hobinya di dunia musik.
Sejak grand opening pada tahun 2022, ia ingin menciptakan tempat yang tidak hanya nyaman untuk menikmati kopi, tetapi juga menyediakan fasilitas lengkap bagi komunitas musik di Pare.
"Saya memilih konsep musik karena di Pare ini banyak anak muda yang memiliki band dan hobi bermusik. Jadi, saya ingin menyediakan wadah bagi mereka untuk berkarya sekaligus menikmati kopi berkualitas," kata Irfan saat ditemui, Jumat (17/1/2025).
Kafe ini menawarkan berbagai fasilitas pendukung bagi musisi, mulai dari studio musik, rental alat musik, hingga toko yang menjual berbagai instrumen seperti gitar dan drum. Selain itu, ada juga program les musik bagi masyarakat yang ingin belajar bermain alat musik, termasuk piano, gitar, dan vokal.
Yang membuat D’Pare Van Java semakin unik adalah keberadaan studio musik bawah tanah atau basement yang memiliki luas 8 x 10 meter. Di dalamnya terdapat dua ruang rekaman profesional yang dilengkapi dengan monitor, memungkinkan musisi untuk membuat lagu dan melakukan rekaman secara langsung.
"Saya sengaja membangun studio musik di basement karena lebih kedap suara, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitar.
Selain sebagai tempat latihan dan rekaman, kafe ini juga rutin menggelar event musik setiap minggu. Berbagai komunitas musik dari berbagai genre, mulai dari pop, rock, jazz, hingga keroncong, kerap tampil di sini. Bahkan, tidak jarang musisi dari luar Kediri seperti Malang, Yogyakarta, dan Medan turut memeriahkan panggung D’Pare Van Java, terutama saat akhir pekan.
Tak hanya fokus pada musik, D’Pare Van Java juga menyajikan aneka kopi lokal dengan cita rasa khas. Irfan mengutamakan produk kopi dari daerah sekitar seperti Kandangan, Jombang, dan Wonosalam. Menu favorit yang banyak diminati pengunjung antara lain espresso, kopi susu, dan kopi tubruk.
Dengan kapasitas hingga 300 orang, kafe ini juga menjadi pilihan bagi berbagai komunitas dan pekerja kantoran yang ingin mengadakan pertemuan atau rapat. Suasana pedesaan yang asri dan jauh dari keramaian Kampung Inggris Pare menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelanggan.
"Setiap hari, kafe ini dikunjungi sekitar 30 hingga 50 orang. Selain anak muda, banyak juga keluarga dan pekerja kantoran yang memilih tempat ini untuk bersantai atau mengadakan meeting," tambahnya.
Irfan berharap, kehadiran D’Pare Van Java dapat terus menjadi ruang bagi musisi lokal untuk berkarya serta membawa atmosfer baru dalam dunia perkopian di Pare.
"Saya ingin tempat ini bukan sekadar kafe, tapi juga menjadi ekosistem bagi para seniman agar seni musik di Pare terus berkembang," tambahnya.
(Isya Anshori/TribunJatimTimur.com)